Mencari Sebuah Jawaban
Sudah lama aku membiarkan rasaku diam terjaga dalam kesenyapannya. Maaf, jika itu terjadi begitu saja. Sungguh, aku tak menginginkan itu karena esok dan seterusnya aku akan menunggu kerlingan manja dan senyuman malu-malu yang kau titipkan pada arakan senja.
Sejak napas cinta kau tiupkan dan menghunjam jantung, itulah awal bahagiaku. Tertulis di wajah pagi, dan kening senja. Telah kujaminkan rasa percaya kepada cinta, dan kamu. Aku mencintaimu dengan sadar, dan akan terus mencintaimu dengan sabar.
Bagaimana mungkin meringkas dan menuntaskan cerita jika hatimu adalah paragraf tanda tanya. Menjadilah terang cahaya, biar tak perlu lagi kubumbui pelukan dengan tanya berkepanjangan.
Dan alasan itu makin membuatku sadar, mencintaimu ternyata bukan jawaban melainkan pertanyaan. Bertahan dalam diam dan membiarkan rindu itu memungut keindahan dalam penantiannya dan dalam kesakitannya.
Telah sampaikah pesan cinta yang kukirim selama ini? Kepadamu segala rasa kutumpahkan. Disetiap detik yang melaju, sedapat mungkin kupuja namamu. Kuuji dengan puji dan bukan caci. Diantaranya kubuka semua tentangku. Untukmu seribu kata yang melekat pada lukisan bumi kualamatkan. Seiring dengan tetes embun yang datang, terik mentari yang berpeluh dan gelap malan yang mengepung maya. Telah sampaikah pesanku? Atau semuanya masih mengapung tanya di atas ragumu?
Terbaik yang kutemui, terindah yang kudapati. Terdalam yang kurasakan, terperi yang kuselami. Ada padamu yang kuingkari tapi kurindui, kucintai dan kunanti.
Jejak telah sampai pada ketukan nafas yang terengah. Hanya baikmu yang kupinta dan hanya bahagiamu yang kuingin menjadi nyata. Biarpun tak sempurna, setidaknya ada senyum dan doa yang mengecup lemah pada lilin yang menyala.